Perayaan Diwali/Deepavali 2018

Bertepatan dengan tanggal 30 Oktober 2018 yang lalu Sitara menghelat perayaan festival cahaya atau lebih dikenal dengan Diwali/Deepavali yang diselenggarakan di Sitara Surabaya. Perayaan Diwali jatuh antara bulan Oktober atau bulan November dan hampir dipastikan setiap tahunnya Sitara mengadakannya.

Memanfaatkan area terbuka depan lapangan golf Brawijaya, berbagi perlengkapan guna menyambut perayaan Diwali telah dipersiapkan dengan sebaik-baiknya, mulai dekorasi lampu, meja kursi untuk peserta, panggung utama hingga asesoris-asesoris yang menambah maraknya perayaan festival cahaya tersebut.

Diwali 2018

Sebagaimana yang disampaikan oleh Ibu Swita Kaur selaku penanggung jawab Sitara Surabaya, perayaan Diwali memiliki makna filosofis tersendiri bagi penganut keyakinan Agama Hindu yang merupakan esensi dari kemenangan baik atas buruk dan lampu “Diya” tradisional dinyalakan sebagai simbol bagi harapan segenap umat manusia. Tak terkecuali harapan untuk Sitara, tumbuh besar serta banyak memberikan manfaat.

Rangkaian Festival

Lazimnya perayaan Diwali/Deepavali diselenggarakan selama enam hari berturut-turut.

Hari pertama disebut Vasu Daras, diperuntukkan bagi hewan sapi yang dipandang suci. Pada peringatan ini, Raja Pithu dipercaya membebaskan rakyatnya dari bencana kelaparan dengan menangkap bumi. Dalam mitologi agama Hindu, sapi merupakan simbol dari bumi yang susunya membawa kehidupan dan kesuburan tanah.

Hari kedua disebut sebagai Dhan Teras yang memperingati munculnya Dewa Dhanvantari dari samudera. Hari kedua ini dianggap hari paling baik untuk membeli barang berharga seperti emas dan perak karena dipercaya akan membawa keberuntungan sepanjang tahun.

Hari ketiga yang disebut Naraka Chaturdashi yang merupakan peringatan Dewa Krisna membunuh raksasa Narakasura yang melambangkan kemenangan kebaikan atas kejahatan. Peristiwa ini merupakan puncak dari Diwali yang diisi dengan pembuatan Rangoli (Bentuk kesenian tradisional India berupa dekorasi dari beras dan tepung yang diwarnai dengan rempah). Saat peringatan ini juga biasanya disertai dengan upacara pemujaan Dewa Krisna.

Hari keempat disebut sebagai Laksmi Puja yang diisi dengan pemujaan terhadap Dewi Laksmi dan Dewa Ganesha yang merupakan simbol dari kesejahteraan dan keberuntungan.

Hari kelima disebut Bali Pratipada adalah peringatan kemenangan Dewa Krisna yang menyelamatkan rakyat dan sapi dari bencana banjir dengan cara mengangkat Bukit Govadhana.

Dihari terkahir, hari keenam disebut juga Yama Dwitiya diperingati untuk mengenang kunjungan Dewa Yama (Kematian) ke adiknya Yami yang diisi dengan makan bersama dan Yama memberikan hadiah kepada adiknya. Pada hari keenam ini juga, umat Hindu memiliki tradisi mengunjungi saudara perempuan dengan memberikan hadiah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *